Jalan di Trans Subur Muratara Mirip Kubangan Kerbau
Muratara.SP. Setiap musim penghujan jalan selalu rusak bak kubangan, fenomena ini selalu terjadi di Jalan penghubung antara Desa Setia Marga Trans Subur Sp 4 menuju Kecamatan Karang Dapo, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Kubangan di jalan tersebut cukup dalam dan membahayakan para pengguna jalan.
Pantauan awak media, kamis (13/2/21), kerusakan jalan tersebut berada di dekat sungai putih ada beberapa titik jalan yang telah menjadi kubangan. Bahkan tidak jarang banyak kendaraan yang melintas terperosok, dan akhirnya Lekat (bahasa daerah) atau tersangkut di kubangan.
Kondisi ini dikeluhkan pengguna jalan yang kerap melintas. Bahkan, sejumlah pengguna jalan menyebut kubangan air tersebut seperti kolam lele.
“Jalannya sudah jadi kubangan seperti kolam lele, kubangannya dalam serta dipenuhi air. Karena dipenuhi air, seberapa dalamnya kubangan di jalan ini tidak terlihat dan membahayakan para pengguna jalan,” kata salah seorang pengguna jalan, Nur (33).
Nur mengungkapkan, di Jalan tersebut sebagian sudah dicor namun masih ada beberapa titik yang belum dan saat memasuki musim penghujan sudah di pastikan jalan tersebut selalu berubah jadi kubangan.
“Sebagain jalan sudah dicor tapi belum semuanya,” ucapnya.
Ada beberapa titik jalan yang belum dicor dan sudah rusak biasanya di timbun dengan koral sumbangan dari pekerja perkebunan sawit dan warga, namun hal tersebut kurang maksimal karena seringlah mobil muatan berlebih seperti mobil pengangkut buah sawit yang lalu lalang ketimbang melakukan penimbunan.
“Dari tahun ke tahun permasalahan jalan yang selalu rusak saat memasuki musim penghujan dan belum ada solusi selalu saja terulang,” jelasnya.
Ditambahkan kalau mau diportal dan mobil pengangkut sawit yang tonasenya berlebih distop, petani sawit mau makan apa kemudian buah sawit yang sudah di panen mau jual kemana bingung juga.
Kades Setia Marga, Bambang hadiyanto saat dikonfirmasi membenarkan bahwa jalan didesanya rusak kembali, ada titik baru yang tidak masuk perbaikan kemarin. Saat ini ada tujuh titik yang rusak, dalam desa ada dua titik.
Ini disebabkan curah hujan yang cukup tinggi, banyaknya buah sawit yang mobilnya melintasi jalan ini, setiap mobil yg bawak sawit selama ini melebihi kuota. Sementara kualitas jalan tidak sesuai dengan muatan.
“Saat ini ada pengalihan jalan dari Kecamatan Rawas Ilir menuju Kecamatan Karang Dapo akibat perbaikan jalan di Desa Mandi Angin,” jelasnya.
Penanganan sementara seharusnya pihak pekerja serta pemilik perkebunan sawit bahu membahu untuk nyumbang batu. Tapi saat ini nampaknya tidak ada kebersamaan.
“Kami menghimbau kepada seluruh pengguna jalan untuk bersama-sama mengeluarkan anggaran, kita gotong royong untuk mencari batu dan batasi muatannya,” himbaunya.
Kedepannya, agar Camat dan pihaknya Pemdes akan memanggil warga untuk musyawarah menyelesaikan masalah jalan ini.
“Agar pemerintah Propinsi benar-benar lebih inten dalam pembangunan jalan ini. Kalau bisa di 2022 ini bisa terselesaikan persoalan jalan ini, jangan setiap tahun masih aja masyarakat menjerit,” harapnya.(tim)