Aliansi Kami Peduli Petani (AKPP) Soroti Pembangunan Siring Irigasi Di Kabupaten Musi Rawas
Musi Rawas.SP. Aliansi Kami Peduli Petani Menggelar aksi damai dalam rangka mempertanyakan keberlangsungan pembangunan peningkatan Siring irigasi untuk persawahan yang ada di kabupaten Musi Rawas. Selasa (24/08/2021).
Yang dipertanyakan Aliansi adalah efek domino yang dialami oleh masyarakat petani yang bisa mengakibatkan banyaknya kerugian bagi petani.
Aliansi Kami Peduli Petani (AKPP) yang merupakan perwakilan dari kelompok petani yang terdampak sangat memberi perhatian atas kebijakan yang diakibatkan pengeringan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh BBWS wilayah Vlll dalam 10 bulan ke depan.
Sebagai akibatnya banyak petani yang merasa dirugikan akibat pengeringan walaupun di suatu sisi kelompok petani juga membutuhkan sebuah sumber air yang maksimal untuk mengairi persawahan mereka.
Dalam aksinya, sepakat yang menjadi sorotan Aliansi (AKPP) untuk meminta kepada pihak terkait seperti BBWS wilayah Vlll, pemerintah kota Lubuklinggau, pemerintah kabupaten Musi Rawas untuk mengkaji kembali seperti apa pemanfaatan berkelanjutan saluran irigasi.
Dimata aliansi, sejatinya, proyek peningkatan siring yang dilakukan oleh BBWS wilayah Vlll wajib memenuhi standarisasi dan azaz pemanfaatan bagi pemenuhan hidup orang banyak. Terkhusus bagi petani sendiri kedaulatan pangan dengan segala yang melekat kepadanya wajib diberi fasilitas oleh negara dalam hal ini pemkab kabupaten Musi Rawas dan turunan teknisnya.
Stigma bahwa petani hanya sebagai pengisi lumbung pangan tidak bisa diterima lagi, sudah saatnya sekarang pemerintah dalam hal ini pemkab kabupaten Musi Rawas memberikan perhatian atas keberlangsungan status Musi Rawas sebagai lumbung pangan di provinsi Sumatera Selatan.
Aliansi Kami Peduli Petani (AKPP) yang dimotori oleh Efendi, M Sancik, Syarif, Rike akan menjadi garda terdepan dalam memberikan pengawasan dan pelaksanaan pembangunan saluran Irigasi untuk kelompok tani yang terdampak.
Turut hadir dalam unjuk aksi tersebut kelompok tani Maju Karya dari desa Air Satan kecamatan Muara Beliti dan kelompok tani dari Tugumulyo.
Dijelaskan oleh Suyono sebagai ketua dari kelompok petani Maju Karya bahwasanya kekurangan air yang dialami petani khususnya di desa Air Satan kecamatan Muara Beliti kabupaten Musi Rawas memang sudah berlangsung sejak lama.
” Dulu sejak tahun 1990 tingkat ketersediaan air cukup hingga 100 persen, sedangkan mulai berkurangnya tingkat keterisian air di desa Air Satan di mulai pada tahun 2001.” Keluh Suyono.
Akibat rendahnya tingkat keterisian air tersebut, sekitar 20 persen anggota kelompok tani yang dia pimpin sudah beralih profesi menanam jagung untuk menghidupi keluarga.
Ketika ditanya awak media, apakah setuju dengan kebijakan pengeringan yang akan dilakukan oleh pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) wilayah Vlll yang menyentuh wilayah kabupaten Musi Rawas.
” Saya setuju, tetapi mesti ada kebijakan stimulus untuk petani, seperti bibit, pupuk serta obat-obatan. Dari 30 ha yang dibawahi oleh kelompok tani Maju Karya sekitar 10 ha sudah ditanami jagung ” tutup Suyono dan Supardi sebagai sekretaris. (Efran)